MELIHAT LANGIT MALAM

saya sangat teringat tatkala dulu nyantri di Hidayatullah. ada sesuatu yang sering saya lakukan untuk mengurangi rasa ngantuk, saat sholat malam jamaah di masjid dimulai.

saat itu, melihat langit hanya saya mengerti dan saya lakukan tidak lebih sekedar menghilangkan rasa kantuk.
tetapi setelah sekian lama hal itu tidak pernah saya lakukan, terasa bahwa memandang langit di tengah malam merupakan media yang bisa mengantarkan kita mengerti akan kesempurnaan ciptaan.

dari sebersit kerinduan untuk memandang langit di dini hari, atau lebih tepatnya merindukan untuk mengenang kembali masa di pesantren, maka tertumpuk kerinduan yang ingin segera menyeruak keluar untuk kembali terulang, yaitu kerinduan untuk menggelar kembali semangat untuk menatap masa depan. dalam wacana mukmin sejati adalah kehidupan yang sesungguhnya, yakni akherat.

terlepas dari itu semua, kebahagiaan memandang langit akan senantiasa tertanam dalam lubuk hati, yang pada saat itu terlintas hikmah yang saya sendiri tak kan pernah untuk mengulang kembali. hanya saja sekarang, memandang langit adalah tak ubahnya memandang sesuatu yang asing, karena langit terasa semakin jauh dari esensinya, jauh karena semakin hari semakin kehilangan birunya.